Tulisan: Husni Fauzal R. (FK UNTAN 09)
“Ya Tuhanku ampuni aku, kasihini aku, cukupkan aku, angkatlah
derajatku, berikan aku rizki, beri aku petunjuk dan kesehatan, dan ampunilah
aku.”
Merasa familiar atau
asing dengan kata-kata tersebut? Jika merasa asing, bagaimana kalau saya terjemahkan ke dalam bahasa arab.
"Rabbighfirli warhami wajburni warfa'ni warzuqni wahdini wa 'afini wa'fu'anni,"
"Rabbighfirli warhami wajburni warfa'ni warzuqni wahdini wa 'afini wa'fu'anni,"
Ya, itu adalah bacaan
yang selalu kita baca ketika shalat, khususnya ketika kita duduk diantara dua
sujud. Setiap hari tanpa kita sadari kita sering meminta kepada Allah untuk
diberikan kesehatan, tapi apakah kita sadar? Ataukah meskipun kita sadar,
seberapa jauhkah kita berupaya untuk hidup sehat?
Agama kita sangat
mengatur tentang kesehatan, karena islam merupakan agama yang kaffah (sempurna) yang mengatur semua
lini kehidupan manusia, mulai dari bagaimana manusia beribadah, berakhlak, melakukan
aktivitas sehari-hari, dan salah satunya bagaimana manusia tersebut berperilaku
sehat.
Rasulullah SAW
bersabda: “Dua kenikmatan yang sering
dilalaikan oleh manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR. Ahmad)
Kesehatan merupakan
sesuatu yang banyak dilalaikan oleh manusia. Kita bisa melihat, banyak orang yang
mempersiapkan dirinya untuk urusan pendidikan, pekerjaan, hobi, atau lain
sebagainya, tapi sedikit sekali orang yang mempersiapkan atau memikirkan tentang
kesehatannya. Padahal, bila tanpa kesehatan, hidup kita ini seperti hampa.
Banyak orang yang mengejar kehidupan dunianya dan melalaikan kesehatannya.
Banyak orang yang kerja banting tulang siang dan malam untuk mencari makan,
tapi malah tidak sempat makan. Banyak orang yang berlomba-lomba dalam membangun
rumahnya, tapi mereka malah tidak bisa menikmati rumahnya karena lebih sering
tergeletak di rumah sakit.
Saya lebih setuju
bahwa islam dalam pengaplikasiaan kesehatannya lebih banyak berupa
tindakan-tindakan preventif (pencegahan) daripada tindakan-tindakan yang
sifatnya kuratif (pengobatan), yang memberikan perintah-perintah untuk menjaga
kesehatan dan larangan-larangan yang bisa menimbulkan penyakit. Mengapa saya
berpendapat seperti ini, karena tauladan kita, nabi besar Muhammad SAW, dalam
beberapa riwayat, dari lahir sampai menutup usia hanya pernah mengalami sakit
yang bisa dihitung oleh jari kita. Jadi model manusia sempurna ini tidak banyak
mencontohkan bagaimana beliau mengobati penyakitnya, tapi lebih banyak
memberikan kita contoh bagaimana cara hidup terjauh dari penyakit.
Tentu saja ini
hubungannya dengan ajaran agama kita yang sempurna, yang telah disinggung di
atas tadi. Manusia diciptakan oleh Allah seperti mesin yang diproduksi oleh
pabrik. Mesin ketika telah diproduksi akan memiliki buku panduan penggunaanya
yang nantinya akan berguna untuk mencegah mesin tersebut cepat rusak. Manusia
juga memiliki pedoman yang luar biasa lengkap di dalam al-Quran dan as-Sunnah tinggal
apakah kita bisa mengaplikasikannya atau tidak.
Saya akan mengambil
contoh salah satu ayat dalam alqur’an, yaitu surat al baqarah ayat 173. “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut nama selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Dari ayat ini,
setidaknya Allah mengharamkan empat jenis makanan untuk kita konsumsi. Karena
allah pasti tahu setiap makanan yang Allah haramkan pasti mempunyai mudharat (kerugian) bagi manusia.
Sebenarnya apa saja kira-kira ke-mudharatan
tiap makanan tersebut? khususnya tiga makanan yang disebutkan paling awal.
Bangkai, merupakan
binatang yang mati dengan tidak melalui penyembelihan, bisa karena tercekik,
terpukul, jatuh, ditanduk (QS almaidah: 3) ataupun karena sebab-sebab yang
lainnya. Penyebab-penyebab kematian tersebut sebagian besar mengakibatkan darah
tidak mengalir keluar dari tubuhnya, darah tersebut akan membeku di dalam tubuh
dan menggumpal. Selain itu, bangkai juga mengandung racun yang nantinya akan
tetap berada di dalam daging, Ini jelas berbeda jika kita menyembelih hewan
tersebut secara syar’i, hewan akan mengeluarkan darahnya karena pembuluh darah
di leher dipotong sehingga dagingnya segar dan terhindar dari zat-zat beracun.
Darah, merupakan
cairan yang mengalir dalam pembuluh darah kita. Kita ketahui sendiri, banyak
penyakit yang bisa menular dari darah, karena memang darah itu sendiri
merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri-bakteri.
Sehingga dengan menghindari konsumsi darah, kita bisa menghindari tertular
penyakit.
Babi, merupakan
binatang yang tubuhnya dijadikan tempat paling subur untuk perkembangbiakan
berbagai parasit (misalanya Taenia Solium) dan penyakit berbahaya. Dari penelitian
di Cina dan Swedia-mayoritas penduduknya memakan daging babi-menunjukkan bahwa
daging babi merupakan penyebab utama kanker anus dan usus. Presentase penderita
penyakit ini di negara-negara yang penduduknya memakan babi, meningkat secara
drastis, berkebalikan di negara-negara islam yang presentasenya relatif rendah.
Itu merupakan salah
satu contoh pengaplikasiaan ayat suci alqur’an dalam upaya kita untuk menjaga
kesehatan, khususnya dalam hal makanan. Upaya ini dilakukan dengan cara
preventif, sehingga kita bisa terhindar dari penyakit.
Selain itu, kita
sering melihat kyai-kyai di sekitar kita atau yang biasa kita sebut dengan
sesepuh yang taat beribadah kepada Allah memiliki umur yang lumayan panjang.
Selanjutnya, ada sebuah penelitian yang lebih mencengangkan lagi, David B.
Larson pernah meneliti antara orang yang taat beragama dan yang tidak, dan
hasilnya, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60% lebih
sedikit, tingkat bunuh diri 100% lebih rendah , dan tekanan darah tinggi jauh
lebih sedikit.
Kira-kira kenapa ini
bisa terjadi? Kemungkinannya, orang yang taat beribadah berperilaku sesuai
dengan tujuan penciptaannya, sesuai dengan buku pedomannya, yaitu Alqur’an.
Jadi marilah kita sama-sama menjaga kesehatan ini dengan senantiasa berpegang
teguh pada pedoman agama kita. Semoga dengan senantiasa berpegang teguh, kita
selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.
Disamping itu semua,
jika memang kita sudah tetap menjaga kesehatan tapi ditakdirkan oleh Allah Swt
untuk sakit, maka sakit itu merupakan ujian kesabaran dari-Nya, apakah kita
bisa melewatinya atau tidak. Keshalehan seseorang bukan merupakan patokan kesehatannya.
Seorang nabi Ayub-pun diberi ujian sakit oleh Allah swt, kita?
Wallahualam..